Senin, 03 Juni 2013

bio dan ogi



BIO DAN OGI
deadiomyna
Ini semua hal mengenai makhluk hidup. Semua hal mengenai alam. Dan semua hal mengenai semesta. Sebut saja biologi. Ya, mata pelajaran yang berbau makhluk hidup dengan alam. Dari protozoa, protista, amoeba, sel, jaringan, organ, pencernaan, respirasi dan masih banyak hal lagi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran ini. Semua orang menyukai biologi. Mengadakan penelitian, bekerja di laboratorium, praktek membedah kodok dan banyak hal luar biasa yang bisa dilakukan. Apa yang membuatnya sulit ? semuanya menyenangkan. Tapi untukku? biologi adalah pelajaran tersulit untuk kupahami saat ini.
Hai.. Namaku Biolinda Anandasari. Panggil saja aku Bio. Aku bersekolah di SMP Bina Angkasa. Aku suka makhluk hidup. Aku suka tumbuhan. Aku suka biologi. Tapi aku tidak suka guru yang mengajarkan biologi ini padaku. Sebut saja Pak Ogi. Sebenarnya dia adalah guru yang baik, ramah tetapi kurang bijaksana dalam satu hal. Cara mengajarnya itu loh. Aku selalu merasa terasingkan di dalam kelas jika Pak Ogi sedang menerangkan suatu bab.
Seperti misalnya pagi ini, aku duduk di bangku terdepan dekat dengan meja guru. Ketika Pak Ogi menawarkan pertanyaan bagi muridnya. Aku mengacungkan jari secepat mungkin dan siap bertanya.
“Oke , kamu yang di sana. Apa yang kamu tanyakan tentang materi ini ?’’ tanya Pak Ogi lalu.
Pak Ogi ternyata menunjuk temanku yang berada di belakangku untuk bertanya terlebih dahulu. Aku kira, aku yang terlebih dulu mengacungkan jari, apalagi aku sudah duduk di depan. Kenapa malah temanku yang ditunjuk. Sudah berulang kali hal ini terjadi. Muncul rasa sebal terhadap Pak Ogi. Hal ini membuatku jadi tidak antusias dan bersemangat dalam pelajaran biologi di sekolah.
Ketika di sekolah aku tidak merasa paham dengan materi yang diajarkan Pak Ogi dan karena mengingat hal lalu aku jadi malas bertanya, maka aku akan lebih giat mempelajarinya sendiri di rumah. Membaca lagi dan lagi hingga dengan cara menghafal murni isi buku. Aku selalu berusaha untuk memahaminya sendiri karena takut tidak bisa dengan pelajaran biologi. Tapi tetap saja aku tidak bisa memperoleh nilai tertinggi sewaktu ulangan. Semua karna kebencianku pada Pak Ogi. Aku bisa jadi gila. Suasana hatiku dikelubungi awan mendung setiap bertemu Pak Ogi.
Namun, di suatu pagi yang cerah. Sang surya menari indah menyembulkan cahayanya yang hangat. Aku sudah siap bertempur melawan soal ulangan biologi kali ini. Hari ini Pak Ogi mengadakan ulangan harian bab Narkotika. Tadi malam aku sudah cukup belajar tentang bab itu. Aku rasa aku bisa menaklukan makhluk kecil ini. Ayee.. Aku harus bisa.
Kertas soal dan kertas jawaban sudah mulai di bagikan. Hari ini aku duduk di barisan depan dekat dengan pintu kelas, berlawanan dengan meja guru. Jadi aku bisa lebih berkonsentrasi tanpa harus berhadapan dengan Pak Ogi langsung. Yang aku yakin pasti merusak suasana hatiku pagi ini. Aku dan teman-teman kini sudah siap mengerjakan soal itu. Pak Ogi memberikan sedikit pengumuman.
“Oke anak-anak, kertas soal boleh kalian corat-coret. Kertas itu nanti tidak akan dikumpulkan lagi. Boleh dibawa pulang sebagai arsip kalian. Waktu ulangan 1 jam pelajaran. Ingat , tidak boleh menyontek. Jangan ramai. Paham? “
“Paham Pak..” jawab kami serempak.
Detik demi detik berlalu . Menit demi menit berjalan sangat cepat. Semua masih dalam keadaan hening. Ada beberapa soal yang jawabanya masih aku ragu-ragukan. Soal-soal itu aku lingkari dengan pensil dan kuberi tanda tanya besar.  Satu kali kukerjakan belum puas rasanya. Kuteliti dan kucermati lagi.  Lagi lagi dan lagi hingga suasana kini berubah menjadi gaduh dan ramai. Kulihat jam di dinding kelas menunjukkan 07.45. Artinya waktu untuk mengerjakan tinggal 15 menit lagi.
Pak Ogi mengawasi dan memeriksa pekerjaan masing masing siswa hingga sampai yang terakhir, tempatku.
“Sudah selesai ?’’ tanyanya.
‘’Em..Belum Pak, masih ada yang ragu ragu..” jawabku seadanya.
Tiba tiba kertas soal yang baru ku otak-atik disambarnya cepat. Matanya terlihat memelototi kertas soalku yang sudah kucorat-coret dan menemukan soal yang kuragu-ragukan terlingkari pensil besar. Pak Ogi tersenyum sambil berkata..
“Masa soal kaya nomer ini nggak bisa ?’’
Pak Ogi mengembalikan soalku dan berlalu pergi dengan wajah yang masih tersenyum seperti meremehkan.
Praanggg... suasana hatiku pecah seketika. Bibirku yang semula melengkung keatas kini berbalik melengkung kebawah seketika. Dalam hatiku, aku membela diri. Terserah saya dong, Pak. Mau nomer manapun soal yang saya anggap sulit itu juga hak saya. Tingkat kesulitan masing-masing itu beda. Soal ini juga boleh dicorat-coret kan? Apa salahnya kalau soal itu saya lingkari?
Timbul perasaan marah kepada Pak Ogi. Aku bertekad membuktikan kepada Pak Ogi bahwa aku bisa. Aku akan buktikan dengan nilaiku nanti. Kuteliti lagi dan lagi hingga waktu ulangan habis. Kertas jawaban dikumpulkan dan Pak Ogi menutup jam pelajarannya hari ini.
Seminggu setelah ulangan itu Pak Ogi mengumumkan hasil ulangan yang lalu.
“Anisaa 87...”
“Ardi 85...”
‘’Beny 90...”
Hingga detik detik namaku dipanggil, aku merasa harap harap cemas mendengarnya.
“Bioo...”
Pak Ogi berhenti sejenak tidak melanjutkan dengan nilai yang kuperoleh. Jantungku semakin ber dag dig dug cepat. Tiba tibaa..
“100...”
Yiippyy...Teman temanku memberikan applause kepadaku. Hatiku melayang terbang. Kebahagiaan kini berbondong-bondong membawaku pergi.  Bagaimana Pak ? saya bisa mendapatkan nilai sempurnakan ? tidak seperti dugaan bapak dulu. Batinku bahagia. Pak Ogi tersenyum. Sepertinya Pak Ogi mengerti apa yang ada di dalam hatiku.
“ Ini ada yang dapat 100 ada juga yang dapat 60, bagaimana ini yang dapat 60 ? yang dapat 100 berarti soal ini mudah. Sudah puas dengan hasil ulangan kalian kali ini ? “tanyanya lagi.
“Beluummm...” teman-temanku menjawab serempak. Aku tidak ikut menjawab. Aku hanya diam. Bagiku  ini sudah lebih dari cukup. Hati kecilku tersenyum puas.
Kini aku kembali menyukai biologi. Aku sudah menemukan titik terang untuk menyukai biologi. Sebenarnya menyukai atau tidak menyukai gurunya itu tidak masalah. Yang terpenting adalah keinginan dan hasrat untuk bisa. Aku yang dulu benci dengan Pak Ogi sekarang menjadi suka. Suasana tidak menyenangkan dari Pak Ogi membuatku lebih bersemangat untuk mengubahnya menjadi menyenangkan. Aku lebih bisa terpacu untuk belajar sungguh sungguh setelah mendapatkan nilai yang sempurna.
Mengalahkan penilaian Pak Ogi terhadapku dari yang tidak bisa menjadi bisa. Aku rasa perlakuan Pak Ogi terhadapku ternyata hanya untuk membangkitkan diriku semata. Aku menghilangkan semua alasan untuk tidak suka kepada Pak Ogi atau dengan guru-guru lain. Apapun yang ada sekarang, aku suka dan harus suka. Satu  hal lagi kesimpulan yang bisa aku temukan, setiap guru memiliki cara yang hebat untuk mengajari murid-muridnya. Thanks Mr.OGI :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar